Rajawali Foundation Salurkan Bantuan Darurat Sekaligus Pemulihan Pascabencana untuk Korban Gempa di NTB
Jakarta –Rajawali Foundation akan menyalurkan bantuan untuk korban bencana gempa bumi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Bantuan yang akan disalurkan mulai Agustus hingga November 2018 tersebut diharapkan dapat meringankan beban dan penderitaan korban serta membantu mereka untuk segera pulih usai bencana.
Managing Director Corporate Affairs and Business Development Rajawali Corpora, Satrio Tjai, Sabtu (1/9), mengungkapkan, bantuan akan disalurkan dalam dua gelombang. Gelombang pertama berupa bantuan untuk turut mengatasi keadaan darurat bagi korban bencana. Sedangkan, gelombang kedua berupa bantuan pemulihan pascabencana.
“Bantuan dari Rajawali ini merupakan perwujudan program“Rajawali Care” kami, khususnya untuk saudara-saudara kita di NTB yang tengah ditimpa musibah,” ujarnya.
Menurut Satrio, bantuan darurat yang akan disalurkan oleh Rajawali di antaranya selimut, obat-obatan, personal hygiene, popok bayi, cairan antiseptik, tenda atau terpal, sarung serta bahan makanan yang masih diperlukan, seperti air minum, mie instant, makanan kaleng yang dapat bertahan lama. Disalurkan pula bantuan dukungan pendidikan, seperti alat-alat tulis. Selain dari Rajawali Corpora dan unit-unit bisnis seperti Rajawali Televisi (RTV), Eagle High Plantation, Archi Group, Fortune Indonesia (FORU), Triaryani, Rajawali Property Group, Express Group, dan Velo Networks, bantuan tersebut juga berasal dari para karyawan di lingkungan keluarga besar Rajawali Group yang secara sukarela memberikan kontribusi mereka, baik secara material maupun tenaga.
“Penyaluran bantuan dilaksanakan melalui Rajawali Foundation. Bantuan ini didistribusikan sesegera mungkin pada bulan Agustus hingga awal September 2018, bekerja sama dengan pemerintah serta pihak berwajib setempat,” terangnya.
Pemulihan Pascabencana
Satrio menambahkan, Rajawali Foundation juga bekerja sama dengan Rajawali TV (RTV), media televisi di bawah naungan Grup Rajawali Corpora, untuk melakukan penggalangan dana kemanusiaan dari masyarakat dalam program RTV Peduli Kemanusiaan. Dana dari hasil penggalangan tersebut akan diarahkan untuk penyaluran bantuan tahap kedua, yakni tahap pemulihan pascabencana.
Sementara itu, Direktur Rajawali Foundation, Agung Binantoro, mengatakan, fokus dari bantuan pemulihan pascabencana adalah membangun kembali harapan dan semangat masyarakat di Lombok. “Bantuan pada tahap kedua ini diberikan dalam bentuk dana dengan pendekatan komunitas dan dukungan pemerintah setempat.
“Komunitas memberikan masukan terkait kearifan lokal dan komitmen,” ujar Agung.
Kontribusi tenaga dan komitmen masyarakat lokal tersebut, sambungnya, menjadi penting dan unik dalam skema bantuan pemulihan pascabencana ini. Hal itu karena sebagai upaya untuk tetap menjaga hubungan antara sesama masyarakat dan semangat bergotong royong.
Bantuan untuk pemulihan pascabencana akan diberikan pada rentang waktu September hingga November 2018.
Penyaluran bantuan pascabencana akan diawali dengan pendataan kebutuhan secara cermat dengan kolaborasi erat antara pihak pemerintah, sektor swasta, dan perwakilan masyarakat. Bantuan juga diberikan dalam bentuk dukungan pendidikan bagi anak-anak di lokasi tenda penampungan bencana.
Pengalaman di Sinabung
Lebih jauh, Agung mengatakan, penyaluran bantuan untuk korban bencana gempa bumi di NTB ini merupakan implementasi program Peduli Bencana dari Rajawali Foundation, “Rajawali Care”. Sebelumnya, lembaga ini telah cukup berpengalaman dalam memberikan bantuan darurat dan pemulihan pascabencana untuk para korban letusan Gunung Sinabung di Sumatera Utara. Saat itu, Rajawali Foundation memayungi aksi kepedulian sosial dari Grup Rajawali Corpora, yang juga didukung penuh oleh unit-unit bisnisnya, di antaranya: Express Group, Archipelago Indonesia, dan Green Eagle Group.
“Untuk bantuan ke korban letusan Gunung Sinabung, bantuan diprioritaskan untuk bidang pendidikan bagi anak-anak para pengungsi yang duduk di bangku sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan menengah atas, yang harus mengejar ketinggalan pascabencana akibat terganggunya proses belajar-mengajar di sekolah sebagai dampak bencana letusan gunung,” tandas Agung.